http://com-vic.blogspot.com/
Abstract
This paper overviews a new trend
in information technology called Ambient Intelligence and study the potential
use in Indonesia. Requirements of building Ambient Intelligence are also
described including ubiquitous computing, ubiquitous communication, and
intelligent user interface. In the end, it is suggested that change of
technology must be anticipated in order to prepare Indonesia in facing the era
of ASEAN Free Trade Area (AFTA).
Pendahuluan
Teknologi
informasi dan komputer pada awal abad ke-21 ini telah menunjukkan perkembangan
yang signifikan. Teknologi ini pada prinsipnya adalah untuk melayani kebutuhan
informasi secara tepat waktu (fast),
tepat guna (accurate), dan tepat
sasaran (relevant). Informasi
memenuhi kebutuhan tepat waktu jika dapat tersedia pada saat dibutuhkan,
sehingga memerlukan kecepatan proses. Kebutuhan tepat guna akan terpenuhi jika
informasi yang dihasilkan benar sehingga mendukung pengambilan keputusan yang
benar. Sementara penggunaan informasi tersebut baru dapat dirasakan manfaatnya
jika diberikan kepada orang yang tepat dan benar-benar memerlukannya, sehingga
informasi juga harus relevan terhadap penggunanya.
Perkembangan teknologi
komputer tidak hanya mencakup teknologi yang digunakan, tetapi juga merambah
sampai ke metoda pengembangan sistem informasi dan konsep-konsep yang merupakan
bagian infrastruktur dari suatu sistem dan teknologi informasi. Perkembangan
teknologi komputer sampai saat ini telah melalui tiga gelombang perubahan (Alcaniz
& Rey, 2005):
-
Gelombang Pertama
Gelombang
pertama ini dikenal sebagai gelombang one
computer, many people atau satu komputer, banyak pemakai. Era ini ditandai
dengan digunakannya teknologi Mainframe yang mulai berkembang pada awal tahun
40-an. Teknologi ini mencapai puncak kepopuleran pada tahun 70-an sampai awal
80-an. Namun, seiring perkembangan teknologi komputer, pada pertengahan 80-an,
Mainframe sudah mulai ditinggalkan karena tergeser oleh teknologi mini computer dan personal computer (PC).
-
Gelombang Kedua
Era ini adalah
suatu era di mana komputer sudah mulai memasyarakat. Salah satu gejala mulai
memasyarakatnya komputer adalah mulai banyaknya sekolah-sekolah tinggi dan
akademi komputer yang didirikan di seluruh Indonesia. Era ini dikenal dengan
era one computer, one people atau
satu komputer, satu pemakai yang mulai berkembang pada awal 70-an dan mencapai
puncaknya pada awal 90-an sampai awal tahun 2000.
-
Gelombang Ketiga
Setelah dua
dekade sejak PC mulai berkembang, teknologi komputer mulai beralih ke ubiquitous computing, di mana komputer
dapat digunakan di berbagai tempat oleh siapapun yang ingin menggunakannya. Era
ini dikenal juga dengan era one person,
many computer atau satu pemakai, banyak komputer; suatu era di mana seorang
pemakai dapat menggunakan banyak komputer untuk keperluan yang berbeda.
Perubahan yang terjadi pada era ini sangat signifikan. Dalam tempo singkat,
hanya dalam jangka 10 tahun, teknologi ini sudah melebihi kepopuleran PC dalam
penjualan perangkatnya per tahun.
Teknologi Ambient Intelligence
Teknologi
informasi pada prinsipnya adalah mentransformasikan cara bagaimana manusia
berinteraksi antar sesama dan dengan objek-objek di sekitarnya. Perubahan
teknologi terjadi adalah untuk membuat sistem komunikasi dan komputer menjadi
lebih mudah, kolaboratif, dan transparan terhadap pemakai.
Salah satu
tanda perubahan tersebut adalah munculnya sebuah versi baru teknologi informasi
yang disebut dengan Ambient Intelligence
(AmI). AmI adalah suatu teknologi yang memadukan tiga bidang ilmu yang berbeda,
yaitu: Ilmu Komputer, Teknik Elektro, dan Telekomunikasi. Ilmu komputer
berperan dalam membangun dan menerapkan konsep-konsep Expert System, teleoperator,
sistem kendali, dan komponen komputer itu sendiri. Teknik Elektro berperan
dalam merancang komponen sensor dan microelectronic.
Sementara bidang ilmu Telekomunikasi lebih berperan dalam membentuk sistem mobile communication, jaringan, dan signal processing.
AmI dibangun
dengan menerapkan tiga teknologi terbaru yaitu: ubiquitous computing, ubiquitous
communication, dan intelligent user
interface. Ubiquitous computing
adalah integrasi microprocessor dalam
objek sehari-hari seperti perabot, pakaian, mainan, bahkan cat. Ubiquitous communication memungkinkan
objek-objek tersebut saling berhubungan menggunakan jaringan nirkabel. Intelligent user inteface memungkinkan
penduduk di lingkungan AmI mengendalikan dan berinteraksi dengan lingkungan
secara alami (suara, isyarat, dan lain-lain).
Tujuan AmI
adalah untuk memperluas interaksi antara manusia dengan teknologi informasi
secara digital melalui penggunaan peralatan komputer yang dapat diakses dari
berbagai tempat berbeda (ubiquitous
computing). Sistem komputer konvensional menggunakan user interface
seperti: keyboard, mouse, layar display, sementara AmI dilengkapi dengan
peralatan yang mudah dibawa, penggunaan sensor suara, sensor cahaya untuk dapat
lebih mengakomodasi ruang pemakai yang lebih luas. Media informasi ini menjadi
semakin populer melalui penggunaan interface yang memungkinkan penggunaan
peralatan yang lebih intuitif.
Ubiquitous Computing dan Komunikasi
Ubiquitous computing dapat didefinisikan
sebagai penggunaan komputer yang tersebar di mana user berada. Sejumlah
komputer disatukan dalam suatu lingkungan dan tersedia bagi setiap orang yang
berada di lokasi tersebut. Setiap komputer dapat melakukan pekerjaan yang
dipersiapkan untuk tidak banyak melibatkan intervensi manusia atau bahkan tanpa
harus mendeteksi di mana pemakai berada.
Ide ubiquitous computing pertama kali disampaikan
oleh Mark Weiser (1998) di Laboratorium Komputer Xerox PARC, yang membayangkan
komputer dipasangkan di dinding, di permukaan meja, di setiap benda sehingga
seseorang dapat berkomunikasi dengan ratusan komputer pada saat yang sama.
Setiap komputer secara tersembunyi diletakkan di lingkungan dan dihubungkan
secara nirkabel.
Buxton (1995)
menyatakan bahwa ubiquitous computing
mempunyai karakteristik utama yaitu:
- Ubiquity:
interaksi tidak dilakukan oleh suatu saluran melalui satu workstation. Akses ke komputer
dapat dilakukan di mana saja. Sebagai contoh, di suatu kantor ada puluhan
komputer, layar display, dan
sebagainya dengan ukuran bervariasi mulai dari tombol seukuran jam tangan,
Pads sebesar notebook, sampai
papan informasi sebesar papan tulis yang semuanya terhubung ke satu
jaringan. Jaringan nirkabel akan tersedia secara luas untuk mendukung
akses bergerak dan akses jarak jauh.
- Transparency: teknologi ini tidak menganggu
keberadaan pemakai, tidak terlihat dan terintegrasi dalam suatu ekologi
yang mencakup perkantoran, perumahan, supermarket, dan sebagainya.
Karakteristik Lingkungan
Ada banyak
jenis layanan yang dapat ditawarkan dalam lingkungan AmI, antara lain layanan-layanan
airport, perkantoran, perbankan, transportasi, supermarket, pendidikan, rumah
tangga, dan lain-lain yang tercakup dalam suatu area perkotaan. Karakteristik
dari lingkungan pelayanan ini adalah sebagai berikut:
-
Personal Device
Pemakai dilengkapi
dengan peralatan pribadi yang mudah dibawa (portable)
seperti: PDA, smart phone, komputer
kecil yang mudah dibawa, atau sejumlah peralatan nirkabel yang saling terhubung
membentuk suatu Body Area Network.
Peralatan-peralatan tersebut secara dinamis dapat menyesuaikan jenis protokol
radio yang berbeda.
-
Network
Architecture
Para pemakai
bergerak dalam suatu jaringan komunikasi nirkabel heterogen yang membentuk
suatu jaringan berkabel yang lebih luas. Peralatan pemakai saling terhubung
menggunakan jaringan nirkabel berbasis infrastruktur. Peralatan-peralatan
tersebut juga dapat berhubungan dengan peralatan, sensor, dan layanan yang ada
di lingkungan.
-
Service
Provisioning
Layanan bagi
pemakai disediakan di berbagai tempat berbeda dalam lingkungan AmI di mana
pemakai dapat menggunakan layanan yang tersedia dengan sumber-sumber daya yang
terhubung tanpa kabel. Layanan-layanan ini diberikan oleh suatu sistem layanan
gabungan dengan application server
yang dapat diakses melalui infrastruktur jaringan.
-
Sensing Architecture
Untuk
mendukung pemberian layanan-layanan tersebut, lingkungan AmI dilengkapi
berbagai jenis sensor. Sensor ini membuat interaksi antara pemakai dengan jenis
layanan yang dibutuhkan menjadi lebih efisien. Sensor ini akan menangkap
informasi dari lingkungan secara terus-menerus dan memantau aktivitas yang
dilakukan para pemakai. Sensor ini kemudian membawa informasi tersebut ke
sebuah modul AmI yang akan memprosesnya dalam suatu aplikasi. Jenis sensor yang
digunakan meliputi jenis sensor tradisional seperti: sensor suhu, tekanan,
cahaya, kelembaban udara, dan sensor-sensor yang lebih kompleks, seperti kamera
yang dihubungkan dengan jaringan kabel. Dengan demikian, infrastruktur AmI
harus dapat menangkap informasi-informasi dari peralatan-peralatan sensor
tersebut.
-
Modes of
Interaction
Pemakai
berinteraksi dengan layanan melalui suatu multimodal
user interface yang menggunakan peralatan pribadi untuk berkomunikasi. Multimodal communication memungkinkan
pemakai mangakses layanan tidak hanya pada saat mereka duduk di depan PC,
tetapi juga pada saat mereka bergerak bebas dalam lingkungan AmI.
Spesifikasi Teknis
Ubiquitous computing mempunyai beberapa
spesifikasi teknis sebagai berikut:
- Terminal & user interface
Peralatan yang
digunakan sebaiknya mempunyai kualitas tampilan yang bagus dan responsif
terhadap input dari pemakai. Walaupun dengan ukuran display yang terbatas,
penggunaanya harus intuitif dengan tampilan yang bersih menggunakan alat input
yang berbeda seperti: pen, handwriting recognition dan speech recognition.
- Peralatan yang murah
Jika kita
membangun sebuah sistem dengan banyak komputer untuk satu pemakai, biaya satu
komputer hendaklah tidak terlalu mahal. Meskipun komputer biasa pada umumnya
relatif lebih mahal, kamputer ini tidak dapat digunakan untuk ubiquitous computing. Tidak semua
komputer dalam ubiquitous computing
memerlukan prosesor dan harddisk dengan spesifikasi seperti dalam komputer
biasa.
- Bandwidth
tinggi
Kebutuhan lain
dari ubiquitous computing adalah
mempunyai bandwidth jaringan yang
cukup untuk melakukan komunikasi antara peralatan-peralatan yang digunakan.
Selain masalah bandwidth, ada
beberapa faktor lain yang perlu dipertimbangkan berkaitan dengan transformasi
data melalui jaringan, antara lain: lokasi terminal untuk mobile communication, penggunaan frekuensi yang tepat, menjaga
kualitas layanan, enkripsi data, dan mengurangi gangguan-gangguan laten
terhadap jaringan.
- Sistem file tersembunyi
Ketika seorang
pemakai menggunakan komputer, dia harus belajar beberapa aspek dasar tentang
sistem operasi dan konsep-konsep file serta struktur direktori. Hal ini
mengakibatkan pemakai akan lebih terfokus pada bagaimana informasi akan
disimpan, bukan pada informasi itu sendiri. Salah satu kebutuhan ubiquitous computing adalah bahwa komputer
harus tersembunyi. Komputer harus dapat “memahami” kondisi pemakai. Sebagai
contoh, melalui penggunaan voice
recognition atau interface
lainnya yang memungkinkan pemakai melakukan akses tanpa harus mengetahui nama
file tertentu, lokasi atau format file tersebut.
- Instalasi otomatis
Ubiquitous computing harus dapat
mengeliminasi kebutuhan instalasi program. Dalam sistem konvensional,
seringkali diperlukan instalasi program yang dapat menimbulkan masalah, dan
dalam beberapa kasus harus melibatkan pemakai. Konsep ini tidak berlaku dalam ubiquitous computing. Program harus
dapat berpindah dari sebuah komputer ke komputer lain tanpa harus mengubah
konfigurasi dasar dalam menjalankan suatu program baru. Salah satu alternatif
adalah dengan menggunakan bahasa pemrograman Java yang dapat dipindahkan ke
komputer lain dengan mudah (platform-independent).
- Personalisasi informasi
Akan lebih
baik jika ubiquitous computing system
dapat menjaga agar informasi yang tersedia dapat digunakan sesuai kebutuhan
pemakai. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, salah satu pendekatan yang dapat
dilakukan adalah setiap kali ada seseorang yang baru bergabung dalam sebuah
komunitas, profil pribadi orang tersebut harus ditambahkan ke setiap peralatan
yang ada.
- Privasi
Salah satu
masalah yang paling penting dalam ubiquitous
computing adalah resiko privasi yang serius. Sistem ini dapat menyimpan
data-data pemakai dan lokasinya yang mungkin dapat diakses oleh pemakai lain.
Teknologi jaringan yang baru seperti infra merah atau komunikasi radio nir
kabel menggunakan enkripsi untuk menjaga keamanan data.
Potensi Ambient Intelligence di Indonesia
Dalam paper
yang disampaikan pada Seminar dan Pameran Teknologi Informasi, Wawan Wardiana
(2002) menyimpulkan bahwa perkembangan teknologi informasi di Indonesia sangat
dipengaruhi oleh kemampuan sumber daya manusia dalam memahami komponen
teknologi informasi, seperti perangkat keras dan perangkat lunak komputer,
sistem jaringan baik berupa LAN maupun WAN dan sistem telekomunikasi yang akan
digunakan untuk transfer data.
Pada saat ini
kemampuan sumber daya manusia dalam memahami komponen teknologi informasi sudah
semakin meningkat. Salah satu bukti pemahaman ini adalah dengan trend teknologi
informasi yang tidak saja berpengaruh terhadap gaya hidup para profesional,
pelaku bisnis dan pemakai lain di kalangan orang dewasa, tetapi juga
berpengaruh terhadap para remaja di tingkat sekolah bahkan anak-anak.
Penggunaan teknologi komunikasi seperti SMS, MMS, chatting dan e-mail sudah
begitu memasyarakat. Trend penggunaan teknologi informasi ini juga dapat kita
jumpai di berbagai bidang, seperti pendidikan, perbankan, perdagangan,
pemerintahan dan lain-lain.
Di bidang
pendidikan, teknologi informasi sangat berperan dalam menyediakan sarana
belajar-mengajar yang lebih efisien seperti trend belajar jarak jauh (distance learning), belajar secara
elektronis (e-learning), perpustakaan
elektronik (e-library), dan
multimedia. Sebagai contoh, Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang
memberikan kemudahan bagi seluruh mahasiswa untuk melakukan pembayaran uang
kuliah melalui bank tanpa harus datang ke kampus, melihat nilai atau mengecek
absensi cukup melalui SMS Kampus. Di bidang perbankan, teknologi informasi
memberikan kemudahan-kemudahan dalam bertransaksi. Semakin banyak pelaku
ekonomi, khususnya di kota-kota besar yang tidak lagi menggunakan uang tunai
dalam transaksi pembayarannya, tetapi cukup menggunakan kartu elektronik atau smart card. Nasabah pun tidak perlu lagi
datang ke lokasi untuk melakukan transfer uang ke bank yang berbeda.
Berdasarkan
fakta-fakta yang digambarkan di atas, muncul suatu pemikiran bahwa trend
teknologi informasi di Indonesia akan mengarah ke ubiquitous computing yang merupakan konsep dasar dari teknologi Ambient Intelligence. Beberapa faktor yang
menjadi pertimbangan akan potensi penggunaan teknologi AmI di Indonesia ini
adalah sebagai berikut:
- Semakin berkembangnya teknologi jaringan khususnya
jaringan nirkabel yang memungkinkan transfer data dapat dilakukan dengan
lebih cepat dengan biaya yang relatif lebih kecil.
- Tingkat kemampuan masyarakat dalam menggunakan atau
membeli komputer dengan kemampuan tinggi. Walaupun masih terbatas untuk
kalangan tertentu, seperti pelajar, mahasiswa, profesional, pelaku bisnis
dan sebagainya, namun pemakaiannya sudah semakin menyebar sehingga orang
awam pun sudah terbiasa dengan lingkungan di mana komputer merupakan alat
bantu dalam kegiatan-kegiatan sehari-hari.
- Cepatnya perkembangan dan penyebaran teknologi
komunikasi di kalangan masyarakat luas memenuhi kebutuhan ubiquitous communication yang
merupakan salah satu pilar teknologi Ambient
Intelligence.
- Kebutuhan sumber daya manusia di bidang teknologi
informasi yang sudah semakin banyak tersedia. Ketersediaan sumber daya
manusia ini didukung oleh semakin berkembangnya sekolah-sekolah tinggi dan
universitas-universitas yang khusus mendalami bidang ilmu komputer dan
teknologi informasi.
- Situasi lingkungan yang menuntut tersedianya
fasilitas pelayanan yang lebih efisien dan cepat. Jumlah populasi penduduk
yang terus meningkat akan menimbulkan masalah kualitas pelayanan dari
berbagai instansi yang melayani masyarakat luas. Masalah-masalah tersebut
antara lain: antrian yang disebabkan banyaknya orang yang memerlukan
layanan yang sama pada saat yang sama, kepadatan lalu-lintas yang juga
disebabkan oleh makin banyaknya orang memerlukan layanan. Bukan hanya
pelayanan transportasi, tapi juga pelayanan-pelayanan lain yang memerlukan
transportasi karena mereka harus datang ke lokasi.
Penutup
Ambient Intelligence adalah suatu
teknologi informasi yang dibangun untuk memudahkan manusia dalam mengakses
informasi yang diperlukan dan mendapatkan pelayanan-pelayanan secara lebih
mudah, cepat dan efisien. Teknologi ini harus didukung oleh tiga faktor
penting: ubiquitous computing, ubiquitous communication, dan intelligent user interface. Ketiga
faktor tersebut, yang walaupun belum seluruhnya diterapkan di Indonesia, sudah
mulai dapat dirasakan kemunculannya di tengah masyarakat.
Seperti halnya
teknologi-teknologi yang sudah terlebih dahulu digunakan oleh masyarakat di
Indonesia, suatu saat teknologi AmI akan menjadi salah satu kebutuhan di
tengah-tengah masyarakat yang sangat menginginkan pelayanan di semua bidang
dengan kualitas yang jauh lebih baik daripada yang diperoleh sekarang. Untuk
mengantisipasi perubahan teknologi ini diperlukan persiapan tidak saja dalam
penyediaan sumber daya manusia, tetapi juga harus disertai perangkat pendukung
lain seperti prosedur dan aturan-aturan yang jelas untuk menghindari
penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi. Dengan langkah antisipasi untuk
setiap perubahan teknologi yang terjadi begitu pesat, secara tidak langsung
bangsa Indonesia telah mengambil langkah penting dalam menghadapi era
perdagangan bebas ASEAN (AFTA).
0 komentar:
Posting Komentar